Belum tiga bulan beroperasi, roda dari belasan trainset LRT Jabodebek mengalami keausan luar biasa. Apa penyebabnya? Benarkah ada korupsi di balik peristiwa ini?
EVP Corporate Secretary PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI), Raden Agus Dwinanto Budiadji menerangkan, ausnya roda LRT Jabodebek karena desain jalur lengkungan rel LRT Jabodebek yang berbeda desain dengan jalur LRT Palembang.
“Tim konsultan dan beberapa tim sedang meneliti. Karena ini spesifikasinya sedikit berbeda dengan LRT Palembang. Tapi kalau kami sebagai operator bagaimana operasionalnya lancar,” kata Agus, dikutip Sabtu (25.11.2023).
Akibat aus roda ini, sebanyak 18 trainset LRT Jabodebek sempat masuk bengkel untuk proses pembubutan. Karena pembubutan ini, hanya 8 rangkaian yang beroperasi. Akibatnya, waktu tunggu penumpang atau headway naik menjadi 1 jam.
Pada Selasa (21/11/2023), sejumlah trainset rampung sehingga jumlah yang beroperasi bertambah menjadi 12 trainset LRT Jabodebek. Hal ini mengurangi headway dari sejam menjadi 37 menit.
Pada 1 Desember 2023, Kementerian Perhubungan, berharap ada 4 trainset lagi yang beroperasi sehingga totalnya menjadi 15 rangkaian kereta. Sehingga headway bisa berkurang lagi menjadi 20 menit saja.
Menurut Agus, perbedaan desain lengkungan LRT di Jakarta dengan yang ada di Palembang membuat kecepatan laju LRT berbeda, sementara relnya tidak berbeda. “Antara desain LRT Palembang dan Jakarta beda. Kalau relnya sama. Artinya secara desain kan berbeda,” jelas dia.
Sebelumnya, sempat menjadi perdebatan terkait jembatan melengkung atau longspan LRT Jabodebek dari Gatot Subroto ke Rasuna Said yang disebut salah desain.
Leave a Reply
Lihat Komentar