Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith Autralia Dicky Budiman meminta masyarakat untuk mulai mewaspadai wabah kutu busuk yang kasusnya meningkatkan di Singapura dan Korea Selatan belakangan ini.
Demi mengantisipasi mewabahnya hama tersebut, Dicky pun meminta publik untuk mengurangi belanja pakaian bekas.
Mengingat ada potensi produk pakaian bekas dapat menimbulkan kutu busuk di kemudian hari.
“Jangan beli pakaian bekas itu ya karena dalam jangka panjang sebetulnya pakaian bekas itu ya bisa menimbulkan masalah ya. kecuali yang memang kalau di luar negeri ya kondisinya bisa 80 persen, masih 80 persen 90 persen bahkan masih sangat bagus terjaga kebersihannya,” kata Dicky saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Rabu (22/11/2023).
Dicky pun menganjurkan, bila masyarakat terpaksa membeli pakain bekas, selayaknya pakaian tersebut harus dicuci bersih. Kalau bisa direndam dengan air panas selama lebih kurang 30 menit.
“Itu setidaknya akan mengurangi potensi siklus hygieniknya itu ya dengan sanitarisi ya laundrynya ini akan membantu mengurangi risiko dari dampak adanya kutu busuk dalam pakaian bekas,” tegas Dicky.
Dicky menegaskan, kutu busuk dapat hidup lama bertahun-tahun tanpa memakan darah yang notabene menjadi makanan utamanya.
Kutu busuk lanjut dia juga sangat pintar bersembunyi dan terkadang sangat sulit ditemukan. Kutu busuk biasanya mengendap di kayu-kayu lemari, retakan, kemudian pakaian tebal seperti jaket.
Sebelumnya, Korea Selatan tengah meningkatkan upaya pengendalian dan pengawasan hama untuk mencegah penyebaran kutu busuk, menyusul sejumlah laporan bahwa hama tersebut diduga menyerang beberapa sauna dan fasilitas perumahan, kata para pejabat pada Rabu.
Hal yang sama juga tengah dicemaskan masyarakat Perancis. Meningkatnya populasi kutu busuk di Paris akhir-akhir ini disebabkan pula oleh kebangkitan pariwisata setelah pandemi COVID-19. Kutu busuk sering terbawa dalam pakaian dan bagasi.
Leave a Reply
Lihat Komentar