Pemain bintang sepak bola Argentina Angel Di Maria mengatakan ancaman pembunuhan terhadap keluarganya di Rosario telah memaksanya berubah pikiran untuk pulang kampung dan kembali ke klub masa kecilnya Rosario Central.
Pemain gelandang ini menjadi sasaran apa yang sebelumnya digambarkan oleh pihak berwenang Argentina sebagai upaya unjuk kekuatan organisasi kriminal di Rosario, yang telah menyaksikan peningkatan kekerasan terkait narkoba dan geng.
Pemain berusia 36 tahun, yang pensiun dari sepak bola internasional setelah memenangkan trofi Copa America keduanya awal bulan ini, mengatakan ia ingin mengakhiri karier klubnya di kampung halamannya setelah meninggalkan klub Portugal Benfica.
Di Maria bercerita bahwa ia sebenarnya sudah berunding dengan Presiden Rosario Central Gonzalo Belloso terkait kemungkinan transfer musim panas ini, namun ia lantas menegaskan bahwa uang sebanyak apa pun tidak akan bisa meyakinkannya untuk kembali karena ancaman yang didapat keluarganya.
Laporan mengenai catatan ancaman pembunuhan yang dilemparkan ke properti keluarga Di Maria muncul pada bulan Maret dan Di Maria mengatakan keluarganya tidak melaporkan ancaman lain kepada polisi karena takut.
“Ada ancaman di tempat usaha saudara perempuan saya, sebuah kotak berisi kepala babi dan peluru di dahi, serta sebuah catatan yang mengatakan bahwa jika saya kembali ke (Rosario) Central, kepala berikutnya adalah kepala putri saya, Pia,” kata Di Maria kepada sebuah stasiun televisi di Rosario pada hari Selasa (30/7/2024).
“Bulan-bulan itu mengerikan… kami hanya bisa duduk di sana dan menangis setiap malam karena tidak mampu mewujudkan impian itu.”
Kapten Argentina Lionel Messi juga menjadi sasaran ancaman tahun lalu. Pasukan keamanan federal Argentina dikerahkan ke Rosario pada bulan Maret dan Gubernur Maximiliano Pullaro mengatakan awal bulan ini bahwa protokol telah diterapkan untuk memastikan keselamatan tokoh masyarakat.
“Tidak sopan bagi saya untuk berbicara tentang keamanan dan protokol ketika orang-orang dari Rosario tidak dapat keluar untuk bekerja, tidak dapat menunggu bus tanpa dirampok atau dibunuh untuk mendapatkan tas ransel,” tambah Di Maria.
Serangkaian ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada keluarganya, termasuk sebuah kepala babi dengan peluru dan suara tembakan di sebuah pom bensin, mengakhiri cita-citanya untuk menikmati masa tua di kampung halamannya, seperti dikutip ESPN.